Langsung ke konten utama

Kelahiran Nabi dan Solawat Abdul Muthalib

 

Abdul Muthalib merupakan tokoh terhormat dan terkemuka di kalangan Suku Quraisyi juga sebagai khadimul ka’bah, pelayan ka’bah. Darinya terlahir sepuluh orang anak laki-laki; (1) Harits (2) Zubair (3) Hajl (4) Dliror (5) Muqawwam (6) Abu Lahab (7) Abbas (8) Hamzah (9) Abu Thalib dan (10) Abdullah.

Abdullah seorang anak pilihan dan penyelamat umat atas nazar ayahnya menjadi lelaki primadona dambaan setiap wanita. Abdullah dinikahkan kepada seorang wanita paling menawan, bunga desa dari keturunan mulia, yakni Siti Aminah binti Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr. Aminah Binti Wahb bersanding dengan Abdullah melalui proses pernikahan yang sah dan beradab.

Di Bulan Dzulhijah, tepat saat para jama’ah haji melaksanakan lempar batu wushtha (jumrah) ia terlihat lemas berada di kemah Abu Thalib. Di hari tanggal 11-12-13 itulah  (ayyam tasyriq) Aminah mengidam bayi muda Mulia nan suci, titipan ilahi Rabbi, yang kelak menjadi panutan umat seluruh semesta. Nabi Mulia Kanjeng  Nabi Muhammad Saw.

Tepat Malam 12 Rabi’ul Awal, seorang pedagang Yahudi yang sudah beberapa malam menetap di Makkah, menemui kerumunan warga suku Quraisyi. Ia mencoba menelusuri informasi kelahiran seorang bayi di Kota Makkah tepat malam tersebut. Namun tak seorang pun warga Quraisyi mengetahuinya. Kemudian Pedagang Yahudi itu menegaskan kepada mereka bahwa di Kota Makkah akan lahir tepat malam ini seorang Nabi Akhir Zaman, diantara keuda punggungnya ada tanda pasti seperti surai kuda. Bayi tersebut tidak akan mau menyusui selama dua malam sebab Jin Iffrit sedang berusaha memasukan jari telunjuknya ke dalam mulut sang Bayi, namun ia tetap merapatkan mulutnya. Mendengar informasi seorang Yahudi, Warga Quraisyi tercengang dan membubarkan diri bergegas menelusuri tepat kelahiran sang Bayi di kota Makkah.

Bersamaan dengan itu, di negeri Persia Dinasti Sassaniyyah (531-579 M) mengalami goncangan mengejutkan yang tidak terjadi sebelumnya. Pendopo kerajaan tiba-tiba bergoyang dahsyat menghancurkan 14 balkon kerajaan setinggi lima belas Dzira’. Kaisar Kisra I (Khosrau) Anusyarwan gemetar kebingungan tepat di malam tersebut. Tiba-tiba pun seorang abdi dalem kerajaan membawa kabar bahwa api suci kerjaan Persia padam, api suci tempat beribadah kerajaan yang konon belum pernah padam selama seribu tahun. Air di mata air Buhairah yang berada di kampung Sawah Persia pun tiba-tiba mengering.

Ummu Abdillah bin Utsman menyaksikan proses persalinan Aminah di kediaman Daru Yusuf. Ia tidak melihat sesuatu kecuali cahaya tajam menjulang kelangit. Lahirlah bayi suci Mulia dalam keadaan telah terputus dari tali pusar Ibunya dan sudah berkhitan. Keajaiban-kejaiban pun sampai kepada Abdul Muthalib, ia sangat terharu dan bahagia. Lalu membawa Bayi Mulia tersebut ke dalam Ka’bah dan berdoa kepada Tuhan:

الَحمْدُ للهِ الَّــــــــــــــــــذِي أَعْــــــــــــــــــــــــطَانـِي     *        هَذَا الغُلاَمَ الطَـــيِّبَ الأَرْدَانِ

وَقَدْ سَادَ فِي الـمـــَـــهْدِ عَلىَ الغِلْمَانِ                        *            أُعِـــيْذُهُ بِاللهِ ذِيْ الأَرْـكَانِ

حَــــتَّى يــــــــَـكُوْنَ بُـلــْـــــــــغَـــةَ الفِــــتْـــــــــــــــيَانِ   *          حـَـــــــتَّـى آرَاهُ بَالِغَ البُــــــنْـــــــيَانِ

أُعِــــــــــــــــــــيْذُهُ مِنْ كُلِّ ذِيْ شَـــــــــــــــــــــنَآنِ       *        مِنْ حَاسِدٍ مُضطرِبِ العَــنَانِ

ذِيْ هِـــــــــمَّةٍ لَـــيْسَ لَهُ عَــــــــــــــــــيــْـــــــــــــنَانِ     *        حـَــــــــــــــــتَّــــــــــى آرَاهُ رَافِــــــــــعَ اللِّسَانِ

أَنْتَ الَّذِي سُــمِّـــيْتَ فـِي الفُرْقَـــــــــانِ                     *         فِـي كُتُبٍ ثَابِـــــــــــتَةِ الـمـَــــــــثَانِـى

أَحْمَدَ مَكْــــــــتُـــوْبًا عَلَى اللِّـــــسَانِ

Bayi Mulia tersebut bernama Muhammad bin ABDULLAH bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadlr bin Kinanah bin Huzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlar bin Nizar bin Ma’ad bin Bin ADNAN bin Uddad bin Yasa’ bin Humaisa’ bin Salaman bin Nabt bin haml bin Qidar bin ISMAIL bin IBRAHIM bin Thârikh bin Nâhur bin Sarug bin Arghu bin Faligh bin Abir bin Syalikh bin Arfakhrsyad bin Sam bin NUH bin Lâmak bin Mattusyalakh bin Khanukh (Idris) bin Yard bin  Mahla’il bin Qînan bin Anusy bin syis bin ADAM dan HAWA Alaihisalam.

 

Penulis: Amin Muhtar, S.Hum., M.H.I*

*penulis adalah Sekretaris LTMNU Kabupaten Majalengka 2019-2023, Pengurus Bidang SDM LPTNU Kab.Majalengka 2020, Dosen STAIMA Ciamis, dan Pengasuh Ponpes Bahrul Ulum al Husaini Cingambul Majalengka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FENOMENA LINGUISTIK (ilmu Lughoh) DI BULAN RAMADHAN

Ada Apa Dengan Ramadhan;  Tak terasa ternyata kita sudah di sepuluh hari pertengahan bulan suci romadhon. Hmmmm,,, ingat ungkapan para ulama, “Sepuluh hari pertama bertabur rahmat , sepuluh hari pertengahan tempatnya maghfiroh (ampunan) Allah, sepuluh hari terakhir ‘itqun minannar (pembebasan dari murka Allah). Mumpung masih dalam wilayah ampunan, enaknya kita cari solusi mendapat ampunan yuukk! He..geje nya? STAR … Bukan hal yang asing kiranya di kalangan orang muslim atau bahkan non muslim, mengenal ibadah puasa Romadhon. Yah,,, sebuah kisah kecil mengenai fenomena romadhon yang sedang marak beredar. Mau tau! Ada syartnya lah, harus TAK TA LI (pake Otak, Mata, dan Celi)…hehe Episode satu : “Ahmad tak keliatan ikut teraweh Ron, kemana?”, “Oh iya kang, katanya Ahmad malam ini ikut pa Haji TARLING (Taraweh Keliling). Nah, sekarang teraweh nya giliran di Mesjid kampung sebelah”. “Pantesan atuh, tadi di mesjid tak ada yang jadi bilal”, ucap kang Galih sambil b

LINGKAR INTELEKTUAL MAQASHID SYARI’AH

Part 2 Menarik ternyata jika menelisik lebih jauh kajian tentang maqashid syari’ah. Kemarin saya mencoba menaruhkan perhatian ke-eksistenian maqashid syari’ah vis to vis fitrahmanusia dengan judul “Antara Fitrah dan maqashid syari’ah”. Kali ini sayahendak menelusuri sisi maqashid syari’ah dalam sebuah konsep keilmuan. Untuk dewasa ini, maqashid Syari’ah menjadi isu hangat dalam dunia akademik hukum islam, pasalnyatema ini telah banyak diusung oleh para ulama hukum – khususnya di dunia Timur-sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri sekaligus metodologi berpikir dalamistinbath hukum. Namun, tidak bisa dilepaskan begitu saja bahwa Maqashid Syari’ah sungguh pun telah menempuh masa yang cukup lama untuk diakuisecara ilmiah- logis, sistematis, dan dapat dipertanggung jawabkan- sebagaisebuah disiplin ilmu tersendiri. Apabila kita cobamenengok sebentar kebelakang, sebanarnya dalam lingkup aliran-aliran madzhab fiqh telah banyak yang menyentuh nilai-nilai maqashid syari’